Salah satu upacara adat jawa yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa adalah Tedhak Siten. Arti dari tedhak siten itu sendiri adalah turun ke tanah. Pelaku dari upacara tedhak siten ini adalah balita yang baru mulai berjalan, lepas dari buaian orang tuanya.
Tidak ada aturan formal yang mengatur tentang kegiatan ini. Sehingga tidak ada kewajiban bagi para orang tua yang memiliki anak balita untuk menyelenggarakannya. Sebab, kegiatan ini hanya salah satu bagian dari macam-macam upacara adat jawa yang mulai memudar.
Sehingga bagi mereka yang tidak mengadakan upacara adat jawa ini, tidak ada sanksi apapun. Baik itu sanksi sosial maupun sanksi agama. Dan bagi mereka yang masih meneruskan budaya ini pun, tidak perlu dikaitkan dengan kegiatan klenik ataupun mistis tertentu. Karena memang acara tedhak siten ini hanyalah untuk melestarikan budaya jawa.
Makna Tedhak Siten
Dalam sejarahnya, pelaksanaan tedhak siten ini memiliki beberapa makna. Di jaman masyarakat jawa kuno kehidupan masyarakat belum mengenal istilah baby sitter. Sehingga bagi mereka yang memiliki anak balita, pengasuhannya sepenuhnya berada di bawah pengawasan orang tua.
Namun tentu tidak selamanya orang tua bisa mengawasi anaknya selama 24 jam. Apalagi bila sang anak sudah mulai bisa belajar berjalan. Untuk itu pengawasan dari lingkungan atas nama kerukunan bertetangga menjadi andalan untuk saling membantu menjaga dan mengawasi seorang anak.
Upacara tedhak siten merupakan sebuah simbol yang berisi pemberitahuan kepada masyarakat di sekitar tempat tinggal seseorang. Bahwa anak balita yang mereka miliki, pada saat tersebut sudah berada dalam proses untuk belajar berjalan.
Dengan demikian, bagi siapa saja yang bertemu sang anak di jalan, diminta untuk turut menjaga si anak atau pun mengawasi anak tersebut. Hal ini demi keselamatan sang anak ketika pada suatu ketika terlihat berjalan sendirian tanpa ada pengawasan dari orang tua yang mungkin sedang sibuk beraktivitas.
Perlengkapan upacara
Perlengkapan yang sering digunakan dalam upacara tedhak siten antara lain
- Kurungan ayam. Hal ini digunakan sebagai simbol bahwa si balita saat ini sudah bisa keluar dari gendongan orang tua dan bebas untuk melangkah ke mana saja yang dia mau.
- Bunga tujuh rupa. Maknanya bahwa ketika sang anak sudah berhasil berjalan sendiri, dia akan membawa keharuman bagi orang tua, diri sendiri dan lingkungannya.
- Telur. Nantinya telur ini akan diinjak sang anak, yang bermakna bahwa dunia yang disimbolkan dengan telur pun harus bisa ditaklukkan oleh sang anak. Juga berarti dengan berhasil memecahkan telur, sebagai pertanda bahwa kaki sang anak sudah memiliki kekuatan untuk melangkah sendiri dan menyangga tubuhnya.
- Jajanan Pasar. Makna dari jajanan pasar yang nantinya akan dibagi-bagikan pada semua orang yang datang pada upacara tedhak siten tersebut adalah bahwa anak diharapkan mampu bermanfaat bagi lingkungannya. Bukan justru sebaliknya hanya menjadi benalu bagi lingkungannya.
0 Response to "Upacara Tedhak Siten Masyarakat Jawa"
Posting Komentar